Selasa, 05 Januari 2016

Klarifikasi Masalah 01

Ini Klarifikasi Karaton Soal Nguri-uri Budaya Demak 

Tanggal Terbit  =  M. Jasri | Jumat, 01 Mei 2015 19:14 WIB | PRINT BERITA 


JAKARTA, WB - Ketua Yayasan Karaton Glagah Wangi  Dhimak, Raden Suminto, melalui Ketua Umum Ketua Umum DPP LSM Aliansi TAJAM, Abah Sulthon Baseban, memberikan klarifikasi terkait Kedatangan Banser Kab.Demak ke Yayasan Karaton Glagah wangi 
dhimak.


Klarifikasi terkait berkembangnya cerita-cerita di masyarakat yang berasumsi bahwa Yayasan Karaton Glagah wangi Dhimak telah mengajarkan ajaran sesat.  


"Semua tuduhan kepada Raden Suminto menurut saya tidak benar. Apalagi sampai tuduhan pembuatan masjid tersebut untuk dijadikan ajaran yang sesat. Jika ada ajaran sesat, saya yang akan pertama-tama yang menangkap Raden Suminto," ujar Abah Sulton, kepada wartawan dibilangan TB Simatupang, Jumat (1/5/2015). 
Pria yang juga sebagai Pimpinan pondok Pesantren Mansyuriyah Sendangguwo itu menjelaskan, pendirian masjid diperuntukkan sebagai tempat ibadah para penziarah yang hadir berziarah di makam Syech Soebakir. Bahkan pendirian Masjid kata Abah Sulthon, 
didirikan di tanah yang dimiliki oleh Raden Suminto, dan bukan tanah yang dimiliki oleh 
yayasan Sunan Kali Jaga yang saat ini dipermasalahkan.


"Jadi tanah itu tidak ada hubungannya dengan tanah yang dimiliki oleh yayasan Keturunan  Sunan kalijaga," jelas Abah. 


Abah Sulthoni juga menjelaskan terkait Raden Joyokusuma yang mengaku keturunan dari Sultan Demak yang juga dipermasalahkan oleh kiai dan ulama di Demak. Abah menjelaskan Raden Joyokusumo memang merupakan keturunan Sultan Demak. Hal itu diperkuat oleh pendapat B.Bur Muras yang berpendapat kalau Raden Suminto Joyokusumo memiliki trah dari kesultanan Demak.


"Jadi kegiatan gelar nguri-uri budaya yang kerap dilaksanakan oleh Yayasan Kraton Glagah Wangi Demak yang rutin di adakan setiap tahunnya menjelang bulan Rajab, ini merupakan kegiatan kebudayaan yang luhur," papar Abah.    


Acara Gelar Kebudayaan tersebut, kata Abah, selalu dihadiri oleh tokoh masyarakat  dan 
raja-raja Nusantara, bahkan ada tamu dari manca Negara yang selalu hadir saat acara kebudayaan tersebut.[] 

EDITOR : Abdi Tri Laksono  
=== 
Wassalam.  

Tidak ada komentar: