Sabtu, 22 Maret 2014

07. Kerajaan Demak Bintoro ( By Supriyadi Pro )

07. Kerajaan Demak Bintoro ( By Supriyadi Pro )

Blog = Supriyadi Pro,   02 oktober 2012




Pada mulanya Demak dikenal dengan nama Glagah Wangi. Sebagai Kadipaten dari Majapahit. Demak dikenal juga dengan sebutan Bintoro. Kata Demak merupakan akronim yang berarti gedhe makmur atau hadi makmur yang berarti besar dan sejahtera.

Runtuhnya Malaka ke tangan Portugis, sehingga pedagang Islam mencari tempat perdagangan baru, diantaranya Demak. Raden Fatah masih keturunan raja Majapahit, Brawijaya V, dalam perkawinannya dengan putri Ceumpa yang beragama Islam. Raden Fatah mendapat dukungan dari para wali. Banyak adipati-adipati pesisir yang tidak puas dengan Majapahit dan mendukung Raden Fatah. Mundur dan runtuhnya Majapahit karena Perang Paregreg. Pusaka keraton Majapahit sebagai lambang pemegang kekuasaan diberikan kepada Raden Fatah.

Membangun masjid Demak di bawah arsitek Sunan Kalijaga. Di serambi masjid ini Sunan Kalijaga meletakkan dasar-dasar perayaan Sekaten (Sahadatain). Menjadikan para wali sebagai penasehat raja. Di bawah pimpinan Adipati Unus pada tahun 1513 Demak menyerang Portugis di Malaka.

Pada tahun 1518 Raden Fatah wafat. la digantikan putranya bernama Adipati Unus (Muhammad Yunus.  Pati Unus hanya memerintah selama tiga tahun. la meninggal dalam usia muda. Ia dikenal sebagai panglima yang gagah berani.  la melakukan blokade terhadap Portugis di Malaka sehingga Portugis kekurangan bahan makanan. Karena Pati Unus wafat tidak meninggalkan putra, maka ia digantikan oleh adiknya bernama Raden Trenggana (1521 -1546 M).

Di bawah Sultan Trenggana, Demak mencapai puncak kejayaannya. Pada waktu itu Portugis mulai memperluas pengaruhnya ke Jawa Barat, dengan mendirikan benteng dan kantor di Sunda Kelapa, atas persetujuan raja Pajajaran, Samiam. Maka pada tahun 1522 Demak mengirimkan pasukan ke Jawa Barat dipimpin oleh Fatahillah. la berhasil menduduki Banten dan Cirebon serta mengusir Portugis dari Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527. Sejak itu Sunda Kelapa dirubah namanya menjadi Jayakarta.

Perluasan pengaruh ke Jawa Timur dipimpin langsung oleh Sultan Trenggana. Satu per satu daerah-daerah di Jawa Timur berhasil dikuasai seperti Madiun, Gresik, Tuban, Singosari dan Blambangan. Tetapi ketika menyerang Pasuruan pada tahun 1546, Sultan Trenggana gugur.

Setelah Trenggana wafat, terjadi perebutan kekuasaan antara Surawiyata atau Pangeran Sekar Seda ing Lepen (adik Trenggana) dengan Sunan Prawoto (putra Trenggana). Surawiyata berhasil dibunuh oleh utusan Sunan Prawoto. Putra Surawiyata bernama Arya Penangsang dari Jipang menuntut balas dan berhasil membunuh Sunan Prawoto.

Arya Penangsang adalah seorang yang sangat kejam, sehingga banyak orang yang tidak menyukainya sebagaipenguasa Demak. Maka kekacauan belum juga reda, bahkan memuncak ketika  Arya Penangsang membunuh adipati Jepara bernama Pangeran Hadiri. Ia adalah suami dari Ratu Kalinyamat, adik kandung Sunan Prawoto. Pembunuhan itu dilakukan karena Hadiri dianggap telah ikut campur.

Kalinyamat mengangkat senjata melawan Arya Penangsang. Ia berhasil menggerakkan adipati-adipati dan pejabat lain untuk melawan Arya Penagsang. Akhirnya Arya Penangsang berhasil dibunuh oleh Ki Jaka Tingkir (menantu Trenggana) yang dibantu oleh Kyai Gede Pamanahan dan putra angkatnya Bagus Dananjaya serta Ki Penjawi dan Juru Mertani. JakaTingkir naik tahta dalam penobatan oleh Sunan Giri, dengan gelar Sultan Hadiwijaya. Pusat pemerintahan dipindahkan dari Demak ke Pajang.

Tidak ada komentar: